411. Barang Milikku yang Paling Berharga Adalah Kamu



Aku sangat menyukai ucapan mama : “Barang milikku yang paling berharga adalah kamu!” Ucapan yang sangat menyejukkan hati, dan sampai sekarang aku masih mengingatnya...

Papa dan mama menikah karena dijodohkan orang tua, demikianlah yang dialami para muda-mudi di zaman itu, tapi hal ini sudah umum, tapi di zaman sekarang peristiwa itu sudah jarang terjadi, kebanyakan adalah hasil pilihan sendiri. Tapi mama sangat mencintai papa, demikian juga dengan papa dan tampak selalu mesra, akur bagaikan pasangan cinta sejoli. Sangat sulit dibayangkan bahwa pernikahan mereka pernah diterjang badai! Badai itu nyaris memisahkan mereka. hanya karena emosi sesaat saja!

Papa dan mama bekerja di instansi yang sama, oleh karena itu setiap hari berangkat dan pulang bersama. Suatu hari mereka kerja lembur, hingga pukul 2.00 dinihari dan baru pulang ke rumah. 

Papa sangat letih dan lapar, sampai dirumah tidak ada makanan maupun minuman yang siap disaji. Papa yang lapar minta mama untuk menyiapkan makanan dan minuman. Beberapa hari belakangan ini emosi mama memang tidak stabil, ditambah lagi dengan adanya lembur, badan dan pikiran sungguh melelahkan, sehigga dengan kondisi yang labil itu, mama spontan menjawab dengan nada keras, Mau makan dan minum, memangnya tidak bisa masak sendiri? Apa tidak punya tangan dan kaki lagi, ya?

Karena papa juga terlalu capek, dan langsung menjawab dengan acuh tak acuh, “kamu ini isteriku, memasak adalah sudah menjadi kewajibanmu!”

Mama langsung merespon, “tengah malam begini mau masak apa? Sudah lewat waktunya makan, orang laki seharusnya lebih kuat dari pada perempuan!”

Mendengar itu, marahlah papa, beliau langsung berteriak dengan emosi, “kamu salah makan obat apa kemarin? Mau sengaja cari ribut,ya? Istri memasak untuk suami adalah wajar, kenapa harus tergantung pada waktu? Kamu tidak senang, ya? Kalau tidak senang, kamu pergi saja sekarang dari rumah ini!!!”

Mama tidak menyangka akan menerima reaksi yang begitu keras. Setelah terdiam sesaat, mama kemudian berkata sambil menitikkan air mata, “kamu ingin aku pergi…….. aku akan pergi sekarang!” Mama segera kembali ke kamar untuk mengemasi barang-barangnya.

Melihat mama masuk kamar dan berkemas-kemas, papa berkata kepada mama yang membelakanginya, “bagus! Pergi sana! Ambil semua barang-barangmu dan jangan kembali lagi!”

Beberapa saat kemudian suasana menjadi sunyi senyap, tak ada kata-kata kebencian lagi yang muncul, menit demi menit berlalu, tapi mama tetap tak kunjung keluar dari kamar. Merasakan keanehan itu, papa kemudian menyusul masuk kamar dan melihat mama sedang duduk di ranjang penuh dengan linangan air mata. Sambil menatap koper kulit besar yang masih tergeletak di atas ranjang. Melihat papa datang, dengan terisak-isak mama berkata, “duduklah di atas koper kulit itu, supaya aku boleh mengenang masa-masa perpisahan kita yang terakhir.”

Merasa aneh, maka dengan sendu papa akhirnya tidak tahan juga untuk tidak bertanya, ” “untuk apa?”

Sambil menangis dengan terputus-putus mama berkata, “emas dan perak aku tidak memilikinya,” tapi milikku yang paling berharga adalah kamu!” Kamu dan anak-anakku, aku tidak memiliki apapun...”

Meskipun kejadian itu telah lewat lama sekali, tapi aku masih mengingatnya terus sampai sekarang. Apalagi ketika mama mengucapkan kata-kata terakhir itu, papa merasa sangat tergoncang, sejak malam itu, papa telah diubah dan telah menjadi sangat hormat dan sayang kepada mama. Menggandeng tangan anak-anak, merangkul mama serta senantiasa saling berpelukan. Kelak aku juga bercita-cita ingin mendapatkan pasangan yang seperti papa.

Kehidupan apapun yang kita jalani ini, itu tidaklah penting; tapi yang terpenting adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi hidup ini, terutama disaat-saat badai itu muncul.”

 
readmore »»  

410. Untuk Mengingatkan Diriku



Berikanlah penglihatanku kepada orang yang belum pernah melihat matahari terbit, wajah bayi, atau cinta dalam mata seorang wanita.

Berikanlah jantungku kepada orang yang jantungnya hanya menyebabkan hari-hari kesakitan tanpa henti.

Berikanlah darahku kepada remaja yang ditarik dari mobilnya yang hancur agar ia dapat hidup melihat anak cucunya bermain.

Berikanlah ginjalku kepada orang yang bergantung pada mesin untuk hidup dari minggu ke minggu.

Ambil tulangku, setiap otot, setiap serat dan saraf dalam tubuhku dan carilah jalan untuk membuat anak lumpuh dapat berjalan dan anak buta dapat melihat...

Jelajahi tiap sudut otakku, ambil selku, kalau perlu... dan biarkan mereka tumbuh agar kelak seorang anak bisu dapat berteriak.. dan seorang anak tuli dapat mendengar suara rintik hujan di pagi hari dan suara kicauan burung-burung yang terbang tinggi langit di angkasa...

Bakarlah sisa tubuhku dan tebarkan abunya dalam angin untuk membantu bunga-bunga tumbuh subur.....


TETAPI

Kuburlah kesalahan ku, kelemahanku dan semua kecurigaanku terhadap sesama ....

Berikanlah dosaku terhadap SETAN.... namun berikan jiwaku terhadap TUHAN......

Jika engkau ingin mengingatku....... Ingatlah lewat perbuatan baik kepada orang yang membutuhkan mu.... perkataan baikmu terhadap sesamamu....


readmore »»  

409. Makna Kehidupan



Tuhan yang Maha Baik memberi kita ikan, tetapi kita harus mengail untuk mendapatkannya. Demikian juga jika kamu terus menunggu waktu yang tepat, mungkin kamu tidak akan pernah mulai. Mulailah sekarang… mulailah di mana kamu berada sekarang dengan apa adanya.

Jangan pernah pikirkan kenapa kita memilih seseorang untuk dicintai, tapi sadarilah bahwa cintalah yang memilih kita untuk mencintainya.

Perkawinan memang memiliki banyak kesusahan, tetapi kehidupan lajang juga memiliki suka-duka. Buka mata kamu lebar-lebar sebelum menikah, dan biarkan mata kamu setengah terpejam sesudahnya.

Menikahi wanita atau pria karena kecantikannya atau ketampanannya sama seperti membeli rumah karena lapisan catnya. Harta milik yang paling berharga bagi seorang pria di dunia ini adalah hati seorang wanita. Begitu juga sebaliknya.

Persahabatan, persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga Persahabatan sejati layaknya kesehatan, nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya.

Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu di dalam hatimu dan akan menyanyikan kembali tatkala kau lupa akan bait-baitnya.

Rasa hormat tidak selalu membawa kepada persahabatan, tapi jangan pernah menyesal untuk bertemu dengan orang lain… tapi menyesal-lah jika orang itu menyesal bertemu dengan kamu.

Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran. Dialah hiasan dikala kamu senang dan perisai diwaktu kamu susah. Namun kamu tidak akan pernah memiliki seorang teman, jika kamu mengharapkan seseorang tanpa kesalahan.

Karena semua manusia itu baik kalau kamu bisa melihat kebaikannya dan menyenangkan kalau kamu bisa melihat keunikannya tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan kalau kamu tidak bisa melihat keduanya.

Begitu juga Kebijakan, Kebijakan itu seperti cairan, kegunaannya terletak pada penerapan yang benar, orang pintar bisa gagal karena ia memikirkan terlalu banyak hal, sedangkan orang bodoh sering kali berhasil dengan melakukan tindakan tepat.

Dan Kebijakan sejati tidak datang dari pikiran kita saja, tetapi juga berdasarkan pada perasaan dan fakta. Tak seorang pun sempurna. Mereka yang mau belajar dari kesalahan adalah bijak. Menyedihkan melihat orang berkeras bahwa mereka benar meskipun terbukti salah.

Apa yang berada di belakang kita dan apa yang berada di depan kita adalah perkara kecil berbanding dengan apa yang berada di dalam kita.

Kamu tak bisa mengubah masa lalu…. tetapi dapat menghancurkan masa kini dengan mengkhawatirkan masa depan.

Bila Kamu mengisi hati kamu …. dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan, Kamu tak memiliki hari ini untuk kamu syukuri.

Jika kamu berpikir tentang hari kemarin tanpa rasa penyesalan dan hari esok tanpa rasa takut, berarti kamu sudah berada di jalan yang benar menuju sukses.


readmore »»  

408. Kisah Kelima Jari



Kelima jari terdiri dari Jempol, Telunjuk, Jari Tengah, Jari Manis, dan Kelingking. Si Jempol berbangga hati karena meskipun dia pendek dan gemuk, dia adalah Si Ibu Jari. Apapun yang sifatnya bagus dan istimewa, dia yang bekerja. Dengan mengacungkan Jempol, orang-orang tahu bahwa sesuatu adalah istimewa. Iya kan?

Si Telunjuk berbangga hati karena dia menunjukkan kekuasaan. Bukankah orang menyuruh seseorang menggunakan telunjuknya?

Si Jari Tengah berbangga hati karena dia yang paling tinggi. Siapa yang dapat menyangkal?

Si Jari Manis berbangga hati karena dia yang paling manis. Bukankah cincin yang indah pun dilingkarkannya di jari manis?

Bagaimana dengan Si Kelingking? Si Kelingking tidak istimewa, tidak gemuk, tidak tinggi, tidak berkuasa, tidak manis pula. Apanya yang bisa dibanggakan? Sungguhkah Si Kelingking tidak berharga?

Tapi Tuhan memang Maha Adil. Jempol yang istimewa, Telunjuk yang berkuasa, Jari Tengah yang paling tinggi, dan Jari Manis yang manis tidak bisa bekerja sendirian. Cobalah suruh mereka menyuapkan nasi, tidak akan bisa mereka lakukan sendiri. Kerja sama dua jari juga masih sulit. Kerja sama tiga ataupun empat jari mungkin bisa tapi tidak akan maksimal. Nah, kerjasama lima jari bersama dengan kelingking, barulah sempurna. Si Kelingking yang sekilas tidak memiliki kelebihan apa-apa, tampil sebagai penyempurna.

Intinya adalah kerja sama itu indah. Jika kita mampu mengalahkan ego kita masing-masing dan mau menghargai serta bekerjasama dengan orang lain, maka hidup terasa lebih mudah dan dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa.

Orang yang sekilas terlihat lemah bukan berarti tidak memiliki kelebihan, bukan berarti pula harus kita sisihkan. Yang perlu dilakukan adalah meletakkannya pada tempat yang tepat sehingga semuanya menjadi indah luar biasa.


readmore »»  

407. Ongkos ke Akherat



Saya menemui Ibu Ela di rumahnya, depan mesjid jami Al Hidayah di Darmaga Lonceng, Bogor. Menemuinya tidak butuh waktu lama, karena hampir semua orang di dekat mesjid itu kenal Ibu Ela. Rumahnya ada di dalam gang, sedikit di bibir sungai.

Saya mengucap salam dan dijawab oleh tetangganya.

Mas.. cari bu Ela ya? Iya, orangnya ada Bu? tanya saya. Oh.. dia lagi di sungai" kata ibu tadi. Ngapain Bu..?? saya bertanya lagi. Mungkin sedang mencuci pakaian, pikir saya. Memang kerjaannya tiap hari ke sungai, mungutin sampah-sampah plastic dari botol kemasan sabun atau shampoo, bentar lagi juga pulang" Jawab ibu tadi panjang lebar.

Informasi yang saya terima ternyata benar adanya. Ibu Ela adalah wanita yang pekerjaannya memang mengumpullkan sampah plastic dari kemasan. Cuma saya tidak terbayang, bahwa untuk memperolehnya, dia harus memungut di sungai.

Tak beberapa lama, datang wanita paruh baya, kurus, rambutnya diikat ke belakang, banyak warna putihnya. Ibu Ela. Mengenakan baju bergambar salah satu calon presiden dan wakil presiden pada pemilihan presiden tahun 2004 lalu. Saya langsung menyapa. "Assalamu"alaikum".. Wa'alaikum salam. Ada apa ya Pak?? tanya Ibu Ela.. 'Saya dari tabloid An Nuur, mendapat cerita dari seseorang untuk menemui Ibu. Kami mau wawancara sebentar, boleh Bu?' saya menjelaskan, dan mengunakan Tabloid An Nuur sebagai penyamaran. Oh.. boleh, silahkan masuk! Ibu Ela, masuk lewat pintu belakang. Saya menunggu di depan. Tak beberapa lama, lampu listrik di ruang tengahnya nyala, dan pintu depan pun dibuka. 'Silahkan masuk!' Saya masuk ke dalam ruang tamu yang diisi oleh dua kursi kayu yang sudah reot. Tempat dudukannya busa yang sudah bolong di bagian pinggir.

Rupanya Ibu Ela hanya menyalakan lampu listrik jika ada tamu saja. Kalau rumahnya ditinggalkan, listrik biasa dimatikan. Berhemat katanya. Sebentar ya Pak, saya ambil air minum dulu!' kata Ibu Ela. Yang dimaksud Ibu Ela dengan ambil air minum adalah menyalakan tungku dengan kayu bakar dan di atasnya ada sebuah panci yang diisi air. Ibu Ela harus memasak air dulu untuk menyediakan air minum bagi tamunya.
'Iya Bu.. ngga usah repot-repot...! Kata saya ngga enak. Kami pun mulai ngobrol, atau wawancara.

Ibu Ela ini usianya 54 tahun, pekerjaan utamanya mengumpulkan plastic dan menjualnya seharga Rp 7.000 per kilo. Ketika saya tanya aktivitasnya selain mencari plastic, Mengaji, katanya. 'Hari apa aja Bu??? Tanya saya. Hari senin, selasa, rabu, kamis, sabtu' jawabnya. Hari Jum'at dan Minggu adalah hari untuk menemani Ibu yang dirawat di rumahnya. Oh.. jadi mengaji rupanya yang jadi aktivitas paling banyak. Ternyata dalam pengajian itu, biasanya ibu-ibu pengajian yang pasti mendapat minuman kemasan, secara sukarela dan otomatis akan mengumpulkan gelas kemasan air mineral dalam plastik dan menjadi oleh-oleh untuk Ibu Ela. Hmm, sambil menyelam minum air rupanya. Sambil mengaji dapat plastik.

Saya tanya lagi, Paling jauh pengajiannya dimana Bu?? ? Di dekat terminal Bubulak, ada mesjid taklim tiap Sabtu. Saya selalu hadir; ustadznya bagus sih" kata Ibu Ela. 'Kesana naik mobil dong..?? tanya saya. 'Saya jalan kaki' kata Ibu Ela 'Kok jalan kaki??? tanya saya penasaran. Penghasilan Ibu Ela sekitar Rp 7.000 sehari.

Saya mau tahu alokasi uang itu untuk kehidupan sehari-harinya. Bingung juga bagaimana bisa hidup dengan uang Rp 7.000 sehari. 'Iya.. mas, saya jalan kaki dari dini. Ada jalan pintas, walaupun harus lewat sawah dan jalan kecil. Kalau saya jalan kaki, khan saya punya sisa uang Rp 2.000 yang harusnya buat ongkos, nah itu saya sisihkan untuk sedekah ke ustadz" Ibu Ela menjelaskan. 'Maksudnya, uang Rp 2.000 itu Ibu kasih ke pak Ustadz?? Saya melongo. Khan Ibu ngga punya uang, gumam saya dalam hati. 'Iya, yang Rp 2.000 saya kasih ke Pak Ustadz buat sedekah.' Kata Ibu Ela, datar. 'Kenapa Bu, kok dikasihin?? saya masih bengong. 'Soalnya, kalau saya sedekahkan, uang Rp 2.000 itu udah pasti milik saya di akherat, dicatet sama Allah. Kalau uang sisa yang saya miliki bisa aja rezeki orang lain, mungkin rezeki tukang beras, tukang gula, tukang minyak tanah.

Ibu Ela menjelaskan, kedengarannya jadi seperti pakar pengelolaan keuangan keluarga yang hebat. Dzig! Saya seperti ditonjok Cris John. Telak! Ada rambut yang serempak berdiri di tengkuk dan tangan saya. Saya Merinding! Ibu Ela tidak tahu kalau dia berhadapan dengan saya, seorang sarjana ekonomi yang seumur-umur belum pernah menemukan teori pengelolaan keuangan seperti itu.

Jadi, Ibu Ela menyisihkan uangnya, Rp 2.000 dari Rp 7.000 sehari untuk disedekahkan kepada sebuah majlis karena berpikiran bahwa itulah yang akan menjadi haknya di akherat kelak. Wawancara yang sebenarnya jadi-jadian itu pun segera berakhir. Saya pamit dan menyampaikan bahwa kalau sudah dimuat, saya akan menemui Ibu Ela kembali, mungkin minggu depan.

Saya sebenarnya on mission, mencari orang-orang seperti Ibu Ela yang cerita hidupnya bisa membuat merinding.. Saya sudah menemukan kekuatan dibalik kesederhanaan. Keteguhan yang menghasilkan kesabaran. Ibu Ela terpilih untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa dan tak terduga.

Minggu depannya, saya datang kembali ke Ibu Ela, kali ini bersama dengan kru televisi dan seorang presenter kondang yang mengenakan tuxedo, topi tinggi, wajahnya dihiasai janggut palsu, mengenakan kaca mata hitam dan selalu membawa tongkat. Namanya Mr. EM (Easy Money) Kru yang bersama saya adalah kru Uang Kaget, program di RCTI yang telah memilih Ibu Ela sebagai ? bintang? di salah satu episode yang menurut saya salah satu yang terbaik. Saya mengetahuinya, karena dibalik kacamata hitamnya, Mr. EM seringkali tidak kuasa menahan air mata yang membuat matanya berkaca-kaca. Tidak terlihat di televisi, tapi saya merasakannya. Ibu Ela mendapatkan ganti Rp 2.000 yang disedekahkannya dengan Rp 10 juta dari uang kaget. Entah berapa yang Allah ganti di akherat kelak. Ibu Ela membeli beras, kulkas, makanan, dll untuk melengkapi rumahnya. Entah apa yang dibelikan Allah untuk rumah indahnya di akherat kelak... Sudahkah kita menyisihkan ongkos ke akherat?


readmore »»